Minggu, 22 November 2015

Perbedaan Sosial Budaya Desa Cibuntu dengan Kota Depok


Pada Hari Kamis tanggal 5 November 2015, aku bersama teman-temanku pergi ke Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Bogor untuk homestay selama 3 hari 2 malam disana. Aku melihat banyak sekali perbedaan kehidupan masyarakat disana dengan kehidupan masyarakat di sekitar komplek rumahku. Mulai dari pola hidup sampai dengan fasilitas yang ada disana, sebagian besar sangatlah berbeda. Masyarakat disana masih menggunakan budaya lama atau bisa disebut masih sangat tradisional. Modernisasi di Indonesia belum sepenuhnya masuk ke dalam lingkungan mereka.


Di rumah tempatku tinggal selama 3 hari 2 malam sangatlah sederhana. Sebuah rumah yang hanya mempunyai satu pintu kayu dibagian depan. Di dalam rumah, untuk membatasi satu ruangan dengan ruangan lainnya hanya menggunakan tirai untuk mengganti fungsi pintu. Bila di rumahku yang ada di Depok memakai Air Conditioner sebagai penyejuk ruangan, di rumah yang ku tempati disana hanya mempunyai satu kipas angin. Itu pun jarang disana yang mempunyai kipas angin di dalam rumahnya. Bila di rumahku ada komputer, TV LED, dan gadget lainnya, disana hanya terdapat satu TV tabung untuk hiburan malam hari di rumah. Kadang TV tabungnya juga sering tidak memunculkan gambar apapun.


Aku bersama teman-teman satu rumahku disuguhi berbagai macam makanan sederhana. Pertama kali datang, kami disuguhi keripik singkong yang sangat enak. Saat makan malamnya, kami disuguhi ayam goreng, tahu dan tempe goreng, serta lalapan dan sambalnya yang sangat lezat pula. Disana juga sering terdengar suara bercakap-cakap masyarakat dari rumah ke rumah. Bila dibandingkan dengan keadaan masyarakat di sekitar komplek rumah ku, sudah sangat jarang sekali ada yang bercakap-cakap seperti di Desa Cibuntu. Sekarang paling hanya sekedar menyapa dan langsung berlalu pergi tanpa berbasa-basi.


Bila di lingkungan sekitar ku sudah sangat jarang sekali ada anak kecil yang bermain lari-larian, bersepedah, ataupun permainan lainnya bersama dengan tetangga-tetangga mereka, di Desa Cibuntu sudah menjadi aktivitas sehari-hari anak-anak kecil disana. Sedangkan di lingkungan sekitar ku, anak-anak disibukan dengan berbagai macam kegiatan. Rata-rata anak-anak setelah pulang sekolah, mereka langsung pergi les dan pulangnya juga sudah maghrib. Setelah itu mereka sibuk dengan pekerjaan rumah mereka masing-masing dan hiburan mereka di dalam rumah sudah banyak, seperti: handphone, laptop, televisi, buku, dll.


Selain itu, jenis pekerjaan disana juga sanagat terbatas. Orang-orang disana kebanyakan mengandalkan sawah untuk mencari nafkah, berdagang di pasar, atau kepala keluarga disana juga banyak yang pergi merantau untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya. Mereka pun dalam bekerja di sawah sangat mengandalkan tenaga manusia. Belum ada mesin-mesin yang terlihat di sawah. Mereka membajak sawah dengan diinjak-injak dan memisahkan gabah menjadi beras dengan cara ditumbuk, semua dikerjakan manual menggunakan tenaga mereka sendiri. Sedangakan di daerah perkotaan banyak sekali cara untuk mencari nafkah, seperti: bekerja kantoran (karyawan swasta), dokter, guru, dll.


Dalam segi pendidikan juga sangat berbeda. Di kota-kota besar seperti Depok, pendidikan sudahlah sangat maju. Sudah banyak sekolah yang mengandalkan teknologi untuk program belajar mengajar. Tidak seperti di Desa Cibuntu, yang sangat minim pendidikannya. Guru disana pun juga sangat sedikit. Maka dari itu, kemarin aku dan teman-temanku ada yang membantu memberikan pendidikan kepada anak-anak kecil yang ada disana.


Selain memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak yang ada disana, kami juga memberikan pelayanan pengobatan gratis yang disambut dengan antusias oleh warga Desa Cibuntu karena terbatasnya obat-obatan yang ada disana. Maka, mereka tidak mau ketinggalan kesempatan untuk diperiksa kesehatannya oleh doker dari kota. Disana puskesmas saja jauh dari jangkauan mereka. Kalau Depok, sakait sedikit saja sudah langsung bisa ke puskesmas atau pun rumah sakit terdekat. Bisa menggunakan transportasi umum ataupun pribadi. Di Desa Cibuntu, transportasi umum juga masih sedikit. Jarang yang masuk ke daerah sana.



Jadi, perbedaan sosial budaya di Desa Cibuntu dengan Kota Depok sangatlah jauh. Seperti sudah aku ceritakan diatas, di Desa Cibuntu masih menggunakan budaya lama atau masih tradisional sedangkan di Kota Depok sudah menggunakan teknologi-teknologi yang canggih dalam mengerjakan banyak hal dan telah menginggalkan budaya lama, seperti: bermain di sekitar rumah bersama anak-anak yang seumuran, bertegur sapa dan bercakap-cakap ria, dan masih banyak lagi kebiasaan lama yang sudah ditinggalkan.