Perbedaan Sosial Budaya Desa
Cibuntu dengan Kota Depok
Pada
Hari Kamis tanggal 5 November 2015, aku bersama teman-temanku pergi ke Desa Cibuntu,
Kecamatan Ciampea, Bogor untuk homestay
selama 3 hari 2 malam disana. Aku melihat banyak sekali perbedaan kehidupan masyarakat
disana dengan kehidupan masyarakat di sekitar komplek rumahku. Mulai dari pola
hidup sampai dengan fasilitas yang ada disana, sebagian besar sangatlah
berbeda. Masyarakat disana masih menggunakan budaya lama atau bisa disebut
masih sangat tradisional. Modernisasi di Indonesia belum sepenuhnya masuk ke
dalam lingkungan mereka.
Di
rumah tempatku tinggal selama 3 hari 2 malam sangatlah sederhana. Sebuah rumah
yang hanya mempunyai satu pintu kayu dibagian depan. Di dalam rumah, untuk
membatasi satu ruangan dengan ruangan lainnya hanya menggunakan tirai untuk
mengganti fungsi pintu. Bila di rumahku yang ada di Depok memakai Air Conditioner sebagai penyejuk ruangan,
di rumah yang ku tempati disana hanya mempunyai satu kipas angin. Itu pun jarang
disana yang mempunyai kipas angin di dalam rumahnya. Bila di rumahku ada
komputer, TV LED, dan gadget lainnya,
disana hanya terdapat satu TV tabung untuk hiburan malam hari di rumah. Kadang
TV tabungnya juga sering tidak memunculkan gambar apapun.
Aku
bersama teman-teman satu rumahku disuguhi berbagai macam makanan sederhana.
Pertama kali datang, kami disuguhi keripik singkong yang sangat enak. Saat
makan malamnya, kami disuguhi ayam goreng, tahu dan tempe goreng, serta lalapan
dan sambalnya yang sangat lezat pula. Disana juga sering terdengar suara
bercakap-cakap masyarakat dari rumah ke rumah. Bila dibandingkan dengan keadaan
masyarakat di sekitar komplek rumah ku, sudah sangat jarang sekali ada yang
bercakap-cakap seperti di Desa Cibuntu. Sekarang paling hanya sekedar menyapa
dan langsung berlalu pergi tanpa berbasa-basi.
Bila
di lingkungan sekitar ku sudah sangat jarang sekali ada anak kecil yang bermain
lari-larian, bersepedah, ataupun permainan lainnya bersama dengan
tetangga-tetangga mereka, di Desa Cibuntu sudah menjadi aktivitas sehari-hari
anak-anak kecil disana. Sedangkan di lingkungan sekitar ku, anak-anak disibukan
dengan berbagai macam kegiatan. Rata-rata anak-anak setelah pulang sekolah,
mereka langsung pergi les dan pulangnya juga sudah maghrib. Setelah itu mereka
sibuk dengan pekerjaan rumah mereka masing-masing dan hiburan mereka di dalam
rumah sudah banyak, seperti: handphone,
laptop, televisi, buku, dll.
Selain
itu, jenis pekerjaan disana juga sanagat terbatas. Orang-orang disana
kebanyakan mengandalkan sawah untuk mencari nafkah, berdagang di pasar, atau
kepala keluarga disana juga banyak yang pergi merantau untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka dan keluarganya. Mereka pun dalam bekerja di sawah sangat
mengandalkan tenaga manusia. Belum ada mesin-mesin yang terlihat di sawah.
Mereka membajak sawah dengan diinjak-injak dan memisahkan gabah menjadi beras
dengan cara ditumbuk, semua dikerjakan manual menggunakan tenaga mereka
sendiri. Sedangakan di daerah perkotaan banyak sekali cara untuk mencari
nafkah, seperti: bekerja kantoran (karyawan swasta), dokter, guru, dll.
Dalam
segi pendidikan juga sangat berbeda. Di kota-kota besar seperti Depok,
pendidikan sudahlah sangat maju. Sudah banyak sekolah yang mengandalkan
teknologi untuk program belajar mengajar. Tidak seperti di Desa Cibuntu, yang
sangat minim pendidikannya. Guru disana pun juga sangat sedikit. Maka dari itu,
kemarin aku dan teman-temanku ada yang membantu memberikan pendidikan kepada
anak-anak kecil yang ada disana.
Selain
memberikan pendidikan gratis kepada anak-anak yang ada disana, kami juga
memberikan pelayanan pengobatan gratis yang disambut dengan antusias oleh warga
Desa Cibuntu karena terbatasnya obat-obatan yang ada disana. Maka, mereka tidak
mau ketinggalan kesempatan untuk diperiksa kesehatannya oleh doker dari kota. Disana
puskesmas saja jauh dari jangkauan mereka. Kalau Depok, sakait sedikit saja
sudah langsung bisa ke puskesmas atau pun rumah sakit terdekat. Bisa
menggunakan transportasi umum ataupun pribadi. Di Desa Cibuntu, transportasi
umum juga masih sedikit. Jarang yang masuk ke daerah sana.
Jadi,
perbedaan sosial budaya di Desa Cibuntu dengan Kota Depok sangatlah jauh.
Seperti sudah aku ceritakan diatas, di Desa Cibuntu masih menggunakan budaya
lama atau masih tradisional sedangkan di Kota Depok sudah menggunakan
teknologi-teknologi yang canggih dalam mengerjakan banyak hal dan telah
menginggalkan budaya lama, seperti: bermain di sekitar rumah bersama anak-anak
yang seumuran, bertegur sapa dan bercakap-cakap ria, dan masih banyak lagi
kebiasaan lama yang sudah ditinggalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar